Teknik Switching adalah melakukan pergantian arah dengan menutup posisi kita (cut loss) yang sedang merugi karena harga bergerak berlawanan dengan prediksi kita kemudian membuka posisi baru mengikuti harga yang bergerak berlawanan tersebut dengan harapan, keuntungan posisi yang kedua akan lebih besar dari posisi pertama yang sudah cut loss.
CONTOH KASUS
Mr. X memperkirakan harga akan NAIK dari 1.2000 ke 1.3000
Jadi untuk mendapat keuntungan dia memutuskan membeli (Buy) sekarang di harga 1.2000 dengan harapan harga akan naik sehingga dia bisa menjual dengan harga yang lebih tinggi / mahal dan mendapat selisih Keuntungan.
Tapi ternyata bukannya naik harganya, malah sebaliknya TURUN ke 1.1700!
Dan setelah analisa ulang, Mr. X berkesimpulan perkiraannya bahwa harga akan naik ternyata SALAH, harga menurut Mr. X bukannya akan naik ke 1.3000 tapi akan turun ke 1.1000.
Jadi apa yang harus dia lakukan ?
Daripada melawan harga pasar dan menderita kerugian dan lagipula harga akan turun lebih jauh dari sekarang, Dia memutuskan ……..
Menutup posisi Buy nya yang sekarang merugi (Buy 1.2000, close di 1.1700) dan kemudian membuka posisi baru Sell di 1.1700 (dengan harapan harga akan turun ke 1.1000).
Dan ternyata harga terus turun ke 1.1000 sehingga dia mengalami keuntungan 700 point (1.1700 – 1.1000) yang lebih besar dari kerugian yang pada posisi pertama yang ditutup sebelumnya sebesar -300 point (1.1700 – 1.2000).
Kemudian dia menutup posisi Sell tersebut dan menerima keuntungan sebesar 700 – 300 = 400 point.
TIPS UNTUK ANDA:
- Lakukan teknik switching dengan membuka posisi kedua yang berlawanan dengan posisi pertama hanya bila prediksi keuntungan melebihi nilai kerugian posisi pertama yang akan ditutup.
- Kalau ternyata harga berubah ternyata sesuai dengan prediksi pertama, maka anda akan menderita kerugian 2 kali, yaitu posisi pertama dan posisi kedua juga
DETAIL KASUS
Tuan A membuka posisi Buy GBP/USD pada 1,8850 dengan jumlah 1 lot.
Tuan A memprediksi bahwa tak lama lagi dia bisa melikuidasi posisinya tersebut pada 1.8900. Oleh karena itu dia membuat Risk Manajemen untuk posisinya: Stop Loss di 1,8800 dan Stop Limit pada 1.8900.
Ternyata harga bergerak turun tak menentu hingga kisaran 1,8820. Dengan segala pertimbangan, Tuan A ingin menutup begitu saja posisinya pada 1,8825. Diketahui bahwa Pip Value saat itu sebesar Rp 9200 dan biaya komisi per lot sebesar Rp 50.000.
Profit / Loss = Jumlah Lot x {((Posisi Close – Posisi Open) x Pip Value) – Biaya Komisi Per Lot}
Profit/Loss = 1 x {((1,8825 – 1.8850) x 9200) – 50000}
Loss = 1 x (( – 25 x 9200)-50000)
Loss = Rp 280.000,-
Setelah Tuan A memprediksi harga dan diketahui harga akan terus bergerak turun, maka Tn. A membuka posisi Sell sebanyak 2 lot pada 1,8820.
Tak beberapa lama harga terus turun hingga berada di kisaran 1.8750. Tn. A menutup posisinya pada 1,8740. Pip Value yang berlaku sebesar Rp 9200 dan biaya komisi per lot sebesar Rp 50.000,-
Profit / Loss = Jumlah Lot x {((Posisi Close – Posisi Open) x Pip Value) – Biaya Komisi Per Lot}
Profit/Loss = 2 x {((1,8820 – 1.8740) x 9200) – 50000}
Profit = 2 x (( 80 x 9200)-50000)
Profit = 2 x Rp 686.000,- = Rp 1.372.000,-
Laba = Rp 1.372.000 – Rp 280.000 = Rp 1.092.000,-